// Unknown
// On-Friday, October 18, 2013
“Kriingggg… Kriinggg” weker itu
berbunyi, menandakan pagi hari yang bahagia bagi Frans, karena pada hari itu ia
merayakan ulang tahunnya yang ke-14. Seperti biasanya, ia merayakan ulang
tahunnya tersebut hanya dengan kedua sahabatnya, Gerry dan Andy. Di sekolah, ia
tidak mau menerima ucapan selamat ulang tahun dari siapapun. Mereka hanya minta
ditraktir makan, pikirnya. Dengan angkuh dan congkak ia mendiamkan bahkan
menyeringai terhadap ucapan-ucapan tersebut. Kebahagiaan yang ia rasakan
menjadi sangat eksklusif untuknya, tidak ia bagi kepada banyak orang.
Teman-temannya yang sudah kesal
akhirnya mendiamkannya seharian itu. Namun, Frans tidak peduli dan berkata, “
Syukur tuh orang-orang mau diam, menyerah ya upayanya untuk minta traktir.
Butuh dari sekedar ucapan untuk minta traktiran dariku!”. Bersama dua
sahabatnya, Frans makan bersama di sebuah restoran di dekat sekolahnya sebelum
pulang sebagai perayaan ulang tahun dirinya. Setelah itu, ia pulang ke rumah.
Tanpa memikirkan apa yang dilakukannya terhadap teman-teman yang lain, ia tetap
bahagia. Dalam perjalanannya pulang, ia juga diberi ucapan selamat oleh tukang
becak yang biasa mangkal di dekat sekolahnya. Namun, sekali lagi ia diamkan
mereka karena ia pikir para tukang becak itu hanya akan meminta makanan sebagai
bentuk perayaan ulang tahunnya.
Hari itu pun berlalu, tibalah
hari berikutnya. Frans lupa untuk mengerjakan PR Bahasa Indonesia, “Aduuuhh…aku
lupa mengerjakan PR Bahasa Indonesia! Gimana nih nanti Pak Darwis bisa menghajarku!”
kemudian bertanya, “Eh teman-teman… Isi PR Bahasa Indonesia dari Pak Darwis itu
apaani sih?”. Namun, teman-temannya yang sudah kesal terhadapnya mendiamkan
dirinya. Kemudian, ia menanyai kedua sahabatnya namun sia-sia karena mereka
juga lupa akan isi PR tersebut. Seharian itu teman-teman Frans mendiamkannya
sehingga Frans cukup kesal dan kesusahan. Namun, Frans membalas diaman
teman-temannya dengan diaman dirinya.
Hal tersebut terjadi terus
menerus hingga tak terasa sudah 1 bulan hal tersebut terjadi. Akibatnya, Frans
cukup kesusahan dalam pelajaran dan lainnya. Akibat itu juga, nilai pelajaran
dirinya anjlok karena teman-temannya tidak mau memberi tahu PR/Ulangan yang
ada. Ditambah lagi, Frans sering tidak memperhatikan pengumuman yang ada saat
pelajaran berlangsung. Frans yang biasanya mendapat nilai cukup bagus
kebingungan karena mendapat nilai-nilai yang cukup jelek. Dirinya sangat
depresi akan hal itu.
Akhirnya, Frans menyadari bahwa
teman-temannya mendiamkan dirinya karena pada saat dirinya ulang tahun, ia
tidak mau membalas ucapan selamat dari mereka serta malah membalas diaman
mereka dengan diaman dirinya. Ia merasa bersalah akan hal itu. Namun nasi sudah
menjadi bubur, pikirnya. Dia tidak mau masuk sekolah dan mengurung dirinya
dalam kamar selama berhari-hari akibat kesalahan itu. Dia hanya menangis dan
meratap terus-terusan di dalam kamar. “Aku itu bodoh! Bodoh bodoh bodoh!!!”
ucapnya terus menerus.
Danu, ketua kelas Frans
mengetahui akan hal itu dan mengumumkan suatu hal di kelas, “Eh teman-teman aku
dapat kabar loh kalau si Frans jadi depresi tuh karena perlakuan kita. Gimana
kalau kita jenguk tuh nanti di rumahnya sehabis sekolah?”. “Biarin aja,
salahnya diperlakuin dengan baik malah ga mau. Salah dia sendiri!”, balas Rita.
“Iya tuh, biarin aja”, sahut Boni. Riki yang kasihan lalu berkata, “Loh,
walaupun dia keterlaluan tapi dia teman kita! Boleh aja dia diemin kita tapi
kita sudah keterlaluan sehingga dia stress tuh!”. “Loh tapi…” balas Rita. “Kita
boleh aja marah tapi jangan sampai tega gini dong.. sama temen sendiri kalau
bisa kita baik-baik dong kelakuannya”, balas Riki. Akhirnya, mereka sepakat
untuk menjenguk Frans sehabis pulang sekolah.
Di rumah Frans, teman-temannya
mendatangi dan menenangkan Frans. “Aku itu dah gak berguna! Kayak gitu aja ga
mau balas!”, kata Frans. “Iya, tapi kan itu sudah berlalu lain kali ga usah
diulangi bisa kan.. Kami mau maafin kok!”, balas Danu. “Beneran nih? Soalnya
aku dah kayak gitu sama kalian”, Tanya Frans. “Bener nih loh! Suwer!”,
teman-temannya membalas. Frans akhirnya mau menghentikan penyesalannya dan
berjanji pada esok hari ia akan masuk sekolah lagi.
Esok paginya, ia tak kunjung
muncul. Teman-temannya cemas. “Eh gimana nih, jangan-jangan ia stress lagi!”,
ucap Grace. “Sabar aja, mungkin dia nyantai berangkatnya..”, balas Reni.
“kriingggg..” bel berbunyi. Frans tak kunjung terlihat. Semua anak dalam
keadaan tegang. Tiba-tiba, “Kejutan!!”, Frans muncul dari balik lemari. “Dari
tadi aku dah di sekolah loh, aku sampainya sini jam 5.55 :P” ledek Frans.
Suasana kelas langsung berubah
menjadi meriah, dan segera Pak Doni masuk kelas. Pelajaran IPA yang diampu oleh
Pak Doni pun dimulai dan semua bersikap serius. Setelah pulang sekolah, Frans
mentraktir teman-temannya sekelas dengan makanan dari restoran di dekat
sekolah. “Enak ga? Semoga kalian semua seneng..” kata Frans. “Terimakasih ya
Frans”, ucap beberapa anak. Setelah itu, ia memberikan sejumlah uang kepada
tukang-tukang becak yang mangkal di dekat sekolahnya.
Sesampainya di rumah, ia merasa
sangat bahagia. Ia menyadari bahwa dengan rendah hati ia dapat mendapatkan
kebahagiaan dari sisi yang lain, tidak seperti yang ia pikirkan selama ini. Rendah
hati berbuah positif, pikirnya. Semenjak itu ia menjadi semakin bahagia bersama
teman-temannya.
LUCKY A S IX D/22